Friday, March 9, 2012

Birdland Jazz Club Hamburg


Waktu menunjukkan 20.30 (GMT+1), meja-meja masih kosong dan ruangan masih terlihat lengang. Panggung kecil sederhana dihiasi peralatan sound system dan berlatarkan grand piano dan drum kit kecil, mengundang decak kagum bagi pengunjung yang pertama kali singgah di tempat ini. Segilintir orang mondar-mandir di panggung melakukan persiapan sebuah pertunjukan langsung sederhana. Suasana remang dengan pencahayaan minim menjadi gaya khas interior sebuah Jazz Club. Kayu menjadi unsur utama di ruangan ini dengan hiasan torehan cat minyak di atas kanvas menggambarkan sosok-sosok musisi jazz. Birdland adalah pusatnya musik jazz di Hamburg. Letaknya berada di basement toko musik Birdland. Lantai dasar berisikan berbagai peralatan dan perlengkapan musik yang bisa dijumpai pada grup musik jazz: woodwinds, horns, piano, drum dll.

Pertunjukan dijadwalkan dimulai pukul 21.00 (GMT+1). Meja dan tempat duduk yang terbatas terkadang menjadi kendala bagi penikmat jazz di Birdland. Datang awal menjadi sebuah keharusan jika ingin memanjakan telinga dengan kenyamanan maksimal di tempat ini. Tak jarang pengunjung rela duduk di tangga kecil di lorong atau di pinggiran-pinggiran tonjolan pada dinding sambil memegang gelas di tangannya. Birdland mempunyai program pertunjukan yang bervariasi mulai dari aliran swing, mainstream, bebop, latin hingga modern dengan format solo, trio, quartet hingga big band.

Program pada malam itu berjudulkan “Birdland Vocal Session”. Sekitar pukul 21.30 (GMT+1), semua meja sudah penuh oleh pengunjung dari berbagai kalangan usia dan kepentingan, yang muda berbaur dengan yang tua dalam satu tujuan, memanjakan telinga dari hiruk pikuk kesibukan di kota pelabuhan ini. Terlihat pemain sudah menaiki panggung, bersiap di posisi masing-masing, piano, double bass, drum dan vokalis di central stage. Ruangan yang tadinya ramai dengan ocehan, cengkrama dan canda-tawa pengunjung tiba-tiba sunyi saat sang vokalis mulai melantunkan suara merdunya tanpa ada introduction. Yak, malam itu pengunjung dihibur oleh seorang vokalis dengan kuartetnya, Regina Ebinal.

Birdland menjadi sarang bagi Regina Ebinal, vokalis jazz asal Jerman kelahiran Milwaukee, Amerika Serikat, dengan secara rutin tampil di Birdland. Suara jazzy-nya sudah dikenal di Jerman, berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat dengan beberapa kali tampil di pertunjukan radio maupun acara langsung bersama berbagai kelompok jazz. Regina tidak hanya berprofesi sebagai penyanyi jazz tapi aktif dalam mengajar sebagai instruktur vokal jazz di Hamburg. Malam itu perempuan lulusan sekolah musik di Groningen, Belanda membuat seisi ruangan menjadi hangat di dinginya malam Hamburg. Kemampuan vokal Regina dalam memainkan nada memang tidak diragukan lagi, namun terkadang artikulasi Regina tidak jelas sehingga kata-kata dalam lagu yang dibawakan menjadi tidak jelas.


Setelah selesai membawakan 5 buah lagu, pertunjukkan dilanjutkan dengan penampilan dari beberapa orang yang telah mendaftarkan diri untuk mengunjuk gigi. Jam session di Birdland memang rutin diadakan. Semua orang bisa mendaftarkan diri dan memamerkan sisi jazznya. Acara jam session yang dipandu Regina, dibuka oleh seorang perempuan muda dengan gitar akustiknya. Sosok perempuan tersebut tidak seperti seorang musisi jazz, namun lebih seperti musisi indie aliran rock. Tampilannya sederhana, dengan sepasang sneakers, jins dan topi cupluknya. Lagu yang dibawakannya pun terdengar sederhana, “Bang Bang (You Shoot Me Down) OST Kill Bill”.

Lagu asli yang dibawakan oleh Nancy Sinatra itu memang terdengar sederhana, dengan beberapa iringan alat musik saja. Perempuan itu pun membawakan Bang Bang terdengar lebih sederhana lagi, dengan hanya beberapa genjrengan dan petikan gitar. Sepintas terlihat seperti orang yang sedang belajar bermain gitar. Tapi dengan jenis vokal alto-nya yang begitu kuat dan permainan alunan nada sentuhan jazz, keseluruhan pengunjung pun menikmatinya. Dalam beberapa kesempatan jika peserta jam session cukup banyak maka setiap peserta hanya diberikan kesempatan membawakan satu judul saja. Jam session bisa berlangsung hingga lewat tengah malam.


Program jam session dapat dinikmati secara gratis, cukup memesan minuman di bar dan duduk menikmati pertunjukan langsung. Sistem pelayanan di Birdland ini adalah self service, untuk memesan minuman pengujung harus memesan dan mengambil pesanannya di bar. Jangan datang ke Birdland dengan perut kosong, karena makanan yang disajikan di Birdland hanya berupa makanan ringan pendamping minuman. Tidak semua program yang diadakan Birdland gratis, ada beberapa jika program tersebut diisi artis maka dipungut biaya yang rentangnya cukup variatif mulai dari 10€(Euro).
Butuh tempat cozy untuk kumpul bersama teman-teman? Birdland menjadi tempat yang wajib dikunjungi di Hamburg, Jerman. ENJOY!

Thursday, January 5, 2012

Farewell


12.12.1908 is my Grandfather’s (R.A.G. Adhiwijaya) date of birth, 12.12.2011 made history in my life. Yup, it’s my departure day to a new challenge! I woke up around 8.00 GMT+7 by Ega, my cousin, knocking on my room door. Well.. Looks like we’ve got a disturbing guest..hahaha.. It was Ruri and Roro that came and woke me up. They came to say farewell and surprised me also with a farewell present “we miss you already!” How flattered I was.. We chat and played around for a couple of hours. I seldom see them much in Jakarta and we had a great short time fooling around in my house, with my pillow face. Days before I also got presents from Aini, Irna and Ica.








The entire day after my friends came; I was busy on my final prep on the luggage. Actually I have finished packing my stuffs since the night before but my sister and mom insists me to open it up again for a final check. After my mom and sister checked my stuff, a lot of my stuffs had to be left behind because they thought it was necessary. My final luggage weight was 29.5 Kg according to my weight scale back home.

At the afternoon, my Grandmother came. We had a family dinner, my last menu at my house was Sate and Gulai. After we’ve finished the dinner, my “older” cousin, Mas Heru, came to the house to meet me and say farewell. He’s a lecturer at the state Uni in Depok, a law practicioner, and a writer. He had a lot of experience studying and travelling abroad. He shared some stories and experience of his own that might be useful to me.

Around 20.15 GMT+7 I said farewell to Mba Sri, Marno, Atun and Putri the crews that are like my own family back home. My sister didn’t came along to the airport, she had to stay back home because of her 1 month old baby boy, Raka. Mom, Kang Tatas (brother in law), Ega, Enin (Grandmother) and Mas Sohar took me to the airport. Mas Sohar drove slowly and steady on that rainy Sunday night and we arrived safely. Ega assisted me taking my luggage from the car.

I only bring 2 suitcases, a small cabin suitcase and the other one is the big one. It’s always important to put some extra clothes, toiletries etc. in the cabin bag because sometimes in some circumstances your luggage can be missing on an international flight. So I checked in at the Emirates counter. Well look at the weight indicator! It was only 27.5 Kg! I knew it! According to my experience from several flights, the weighing scale at Soekarno-Hatta Airport will always gives you a lighter weight. I tried to tell that to my mom and sister but they insist to be more precautious. What a regret! I didn’t get to bring my rain-proof jacket and my folders. Since I had to take lots of documents out of the folder, there were a lot of documents that was accidently left behind.

After finished with checking in, I went to out to meet my family. I was surprise Mas Roy actually came to the airport. Unfortunately Hughes was too tired to come along. Mas Roy is like a big brother to me. He is very kind and helpful. We like to chat a lot of things and we connected and have a lot of things in common (such as body, hehee). Me, Mom, Enin, Kang Tatas, Mas Roy and Ega ate some donuts and drank hot chocolates, tea and coffee. It was a great moment.  



                      


My boarding time had come. I said farewell to all and hug my Mom for a while. I entered the terminal 2D, passed the immigration and waited at the boarding room. It was hard for me to leave my Mom. She means a lot to me. I love you mom!


*Thanks to all the people mentioned above and to all my friends and families that aren’t mentioned. Farewell Jakarta! Farewell Indonesia!